KALAMANTHANA, Muara Teweh – Pandemi Covid-19 berefek ke berbagai bidang. Bukan ketahanan ekonomi warga saja terpukul, operasional RSUD Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, turut terkena imbas.
Pemasukan RSUD minim, sehingga dana operasional menjadi limbung alias goyah. Belakangan malah tersiar kabar, manajemen akan merumahkan tenaga medis kontrak (non PNS), jika dana operasional tidak cukup.
“Karyawan RSUD Muara Teweh sempat ramai memperbincangkan rencana merumahkan tenaga kontrak, karena terbentur masalah keuangan,” kata sebuah sumber di RSUD Muara Teweh, Rabu (27/5).
Ketika dikonfirmasi, Direktur RSUD Muara Teweh drg Dwi Agus Sutijowati membantah RSUD akan merumahkan karyawan kontrak. “RSUD bisa lumpuh, kalau tenaga kontrak dirumahkan,” tampik wanita yang akrab dipanggil Tinuk, Rabu siang.
Tapi ia tak membantah bahwa saat ini penerimaan RSUD Muara Teweh menurun, sehingga sedang berupaya meminta subsidi kepada Pemkab Barut. “Dalam posisi seperti ini tidak etis mengurangi tenaga kontrak. Manajemen lagi berusaha meminta subsidi kepada pemkab,” tukas Tinuk.
Sekretaris Daerah Barito Utara Jainal Abidin mengakui, manajemen RSUD Muara Teweh mengajukan permohonan bantuan dana APBD untuk keperluan belanja operasional. “Menindaklanjuti petunjuk Bapak bupati, kami sudah membahas usulan tersebut dalam rapat Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kemarin,” tutur Jainal yang juga Ketua TAPD Barito Utara melalui sambungan aplikasi WhatsApp, Rabu.
Jainal menambahkan, usulan penambahan dana operasional dari pihak RSUD terkait dengan menurunnya jumlah pasien yang berobat ke RSUD Muara Teweh pada April dan Mei 2020. Akibatnya, pendapatan BLUD RSUD Muara Teweh menurun signifikan, sehingga berdampak pada kesulitan membiayai kegiatan belanja operasional.
Jainal memastikan Pemkab Barito Utara bertekad membantu mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut, sehingga layanan publik di RSUD Muara Teweh tetap berjalan dengan baik. Pihaknya sudah memberikan alternatif solusi kepada manajemen RSUD.
Mengenai rencana mengurangkan dan merumahkan tenaga medis kontrak, Jainal adalah orang pertama yang tak menyetujuinya. Tak pernah terbersit alternatif tersebut. “Takkan pernah ada alternatif seperti itu,” jamin pria asal Kotawaringin Timur ini.(mel)
Discussion about this post