KALAMANTHANA, Muara Teweh – Ny RS (55) asal Desa Sikan, Kecamatan Montallat, Kabupaten Barito Utara (Barut) menjadi pasien nomor enam positif Covid-19 di daerah ini. Ini pukulan berat bagi keluarga, karena sang suami S (63) wafat, Minggu (7/6). RS digolongkan dalam klaster Kalimantan Selatan.
Bagaimana riwayat perjalanan sampai RS reaktif rapid test, lalu positif hasil Swab PCR? Mengapa ia masih bisa ikut rapat di Dinas Pendidikan Barut pada Kamis (4/6)?
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Barut Syahmiludin A Surapati, kemarin, menjelaskan kepada KALAMANTHANA, posisi RS saat datang ke kantor Disdik Barut tidak tahu apa-apa, karena memang belum dirapid test (tes cepat).
“Yang bersangkutan baru datang ke Muara Teweh setelah dari awal Maret tadi berdiam di tempat anaknya di Banjarmasin bersama suaminya yang sedang mengalami stroke,” papar Syahmiludin.
Baca Juga: Sehari, Dua Pasien RSUD Muara Teweh Positif Covid-19, RS dan AH
Berdasarkan laporan rutin kepada Koordinator Wilayah (Korwil) Pendidikan Kecamatan Montallat, RS mengaku berada di Muara Teweh saja, tidak kemana mana. Apalagi saat itu sekolah memang sudah libur dan murid belajar dari rumah saja. “Jadi Ibu RS tidak ada masuk ke sekolahnya,” sebut Syahmiludin.
Ia menambahkan, sewaktu ada undangan rapat terbatas bersama Disdik untuk membahas progres efektifitas belajar dari rumah selama pandemi Covid-19, sebagaimana rekomendasi DPRD pada saat RDP dengan Disdik, RS ditugaskan oleh Korwil Pendidikan Kecamatan Montallat untuk mengikuti rapat.
Mendapat tugas tersebut, RS yang dikira tinggal di Muara Teweh saja, tidak berpergian keluar daerah, mudik kembali menggunakan KM Pancar Mas. “Tiba Rabu (3/6) siang dan Kamis ikut rapat di Disdik,” ucap Syahmiludin.
Hari Sabtu (6/6), suaminya, S dibawa masuk ke RSUD karena drop dan akhirnya meninggal pada hari Minggu. “Sesuai prosedur dites, ternyata reaktif sehingga dimakamkan secara protokol Corona. Isterinya, RS juga dites ternyata terindikasi reaktif,” papar Syahmilidin.
Hal ini membuat para guru peserta rapat dan staf Disdik yang ada interaksi dengan RS harus mengikuti rapid test pada Rabu (10/6) lalu. “Syukur alhamdulillah, Puji Tuhan, ternyata dari 75 orang tersebut semuanya non reaktif,” tukas Syahmiludin. (mel)
Discussion about this post