KALAMANTHANA, Muara Teweh – Para seniman pemilik alat sewa electone, pemain keyboard, dan penyanyi tergabung dalam Persatuan Artis Musik Melayu Dangdut Indonesia (PAMMI) Cabang Barito Utara, melayangkan surat ingin bertemu dengan DPRD.
Salah satu pengurus PAMMI Cabang Barut Tata Andika, Jumat (19/6/2020) pagi menyebutkan, dia dan rekan-rekannya ingin melakukan aksi demo damai, sekaligus bertemu dengan anggota DPRD Barut, guna membicarakan nasib mereka.
“Sejak pandemi Corona berlanjut penerapan social distancing, pendapatan kami nol. Tidak ada acara apa pun yang menggunakan jasa PAMMI,” ujar Tata kepada KALAMANTHANA.
Para seniman musik kehilangan pendapatan sejak Maret 2020. Guna memenuhi kebutuhan sehari-hari, mereka terpaksa kerja serabutan. Umumnya pekerjaan di luar keahlian sebagai seniman panggung.
Tata menggambarkan saat keadaan normal penghasilan bersih rata-rata para pemilik alat musik Rp4,5 juta per bulan, pemain keyboard Rp3 juta per bulan, dan penyanyi atau artis Rp5 juta per bulan.
“Penyanyi bisa besar penghasilan, karena mengisi acara di beberapa tempat dan sering mendapatkan saweran,” ucap Tata.
Saat ini tercatat anggota PAMMI dari unsur pemilik electone sebanyak 19 orang, pemain keyboard atau electone 21 orang, dan artis penyanyi dangdut 33 orang. Mereka terkena dampak sejak adanya pembatasan orang berkumpul.
Selain PAMMI, keluhan juga meluncur dari para ladies yang sering menemani pengunjung karaoke dan cafe Hotel Armani. Mereka bisa mendapat penghasilan Rp300 ribu untuk satu paket menemani dan menyanyiselama tiga jam bersama para tamu. Belum lagi tip yang lumayan besar, saat pengunjung ramai.
“Sehari bisa dapat antara Rp500 ribu sampai 1 juta. Kalau tamunya royal malah bisa kantongi Rp2 juta dalam sehari,” kata Sisca (23), nama samaran wanita cantik berbibir tipis, pemandu lagu karaoke ini. (mel)
Discussion about this post