KALAMANTHANA, Palangka Raya – Wabah virus corona di Kalimantan Tengah mencapai salah satu titik menarik. Sudag 50 orang warga Bumi Tambun Bungai meninggal akibat Covid-19.
Pencapaian angka 50 orang meninggal itu terjadi pada Selasa (23/6). Saat itu, berdasarkan data yang dilansir Gugus Tugas Nasional Penanganan Covid-19, seorang warga Kalimantan Tengah dinyatakan meninggal. Warga tersebut menjadi orang ke-50 di Kalimantan Tengah yang meninggal karena Covid-19.
Angka kematian atau case fatality rate (CFR) Kalimantan Tengah terkait Covid-19 terhitung tinggi di wilayah Kalimantan. Hanya kalah dibanding Kalimantan Selatan yang sampai kemarin menyajikan fakta 167 orang penderita Covid-19 meninggal.
Kepala Dinas Kesehatan Kalimantan Tengah Suyuti Syamsul menjelaskan tingginya angka kematian dipengaruhi oleh banyak sebab yang saling berkaitan. “Kematian pasien Covid-19 tidak terjadi karena sebab tunggal,” katanya, Selasa.
Baca Juga: Ngeri….Sudah Empat Orang Meninggal Akibat Covid-19 di Pasar Besar Palangka Raya
Menurut dia, penyebabnya beragam, meliputi penyakit penyerta, terlambat dibawa ke rumah sakit, kelebihan pasien di rumah sakit, rasio tenaga kesehatan-pasien yang timpang, serta kelelahan tenaga kesehatan. Hal-hal itu juga menjadi faktor gabungan penyebab angka kematian Covid-19 di daerah itu tinggi.
Ia menjelaskan banyaknya pasien yang dirawat, lamanya perawatan, keterbatasan peralatan rumah sakit dan rasio tenaga kesehatan-pasien yang timpang, akan menempatkan pasien dengan penyakit penyerta dalam situasi yang lebih rentan dari sebelumnya.
“Semua rumah sakit tidak memiliki opsi mengatasinya. Menambah relawan ternyata tidak mudah karena tenaga kesehatan yang bisa menjadi relawan banyak yang tidak memiliki pengalaman merawat pasien,” katanya.
Baca Juga: Pasutri Positif Covid-19, Istri Meninggal Suami Kritis
Suyuti yang juga Wakil Ketua Pelaksana Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kalteng memaparkan, relokasi dan redistribusi tenaga kesehatan sulit dilakukan karena terbatasnya sumber daya manusia dan peralatan, sementara penyakit lain juga tetap harus dilayani.
Menurut dia, memindahkan tenaga kesehatan dari ruang biasa ke ruang isolasi juga bukan perkara gampang. Tenaga kesehatan harus melalui pelatihan, berumur kurang dari 50 tahun, tidak hamil, tidak punya anak kecil yang perlu ASI dan tidak punya penyakit bawaan.
“Kesulitan rumah sakit semakin menjadi-jadi karena tenaga kesehatannya banyak yang terpapar dan terpaksa harus diistirahatkan,” ujar Suyuti. (ik)
Discussion about this post