KALAMANTHANA, Muara Teweh – Keinginan orang tua siswa di Kecamatan Gunung Purei, Kabupaten Barito Utara, bisa segera menikmati jaringan internet, sepertinya masih sebatas mimpi, meski menara Telkomsel sudah 14 tahun berdiri di Lampeong II.
Sebab, pihak Telkomsel baru bisa menyediakan layanan Base Transceiver Station (BTS) 2G, belum 3G atau 4G.
Hal ini terungkap saat KALAMANTHANA menghubungi Corporate Communications Kalimantan Muhammad Arief Rachmat Soeyitno, Jumat (18/9). Telkomsel memasang jaringan 2G di wilayah tersebut. “Saat ini, Telkomsel telah menghadirkan jaringan broadband dengan BTS 3G dan 4G di Kabupaten Barito Utara sebanyak 108 BTS,” ujar Arief.
Arief tak merinci 108 BTS jaringan broadband 3G dan 4G berada di wilayah mana saja. Ia lalu membagikan keterangan resmi Manajer Network Service Telkomsel Palangka Raya M Kautsar Habibi bahwa jaringan Telkomsel sebagai satu-satunya operator hadir di Kecamatan Gunung Purei Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah.
Komitmen Telkomsel untuk terus dapat menghadirkan jaringan telekomunikasi di seluruh wilayah pelosok Indonesia, termasuk wilayah dengan kondisi geografis yang cukup menantang.
Telkomsel menghadirkan jaringan untuk membantu kelancaran komunikasi masyarakat sekitar di Kecamatan Gunung Purei Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, sejak tahun 2006.
“Saat ini di lokasi tersebut hadir dengan layanan BTS 2G dengan menggunakan transmisi satelit, dan untuk mendukung perangkat BTS dapat terus beroperasi setiap harinya menggunakan supply power genset,” jelas Kautsar.
Terkait kondisi geografis dilokasi tersebut, kami masih terus berupaya agar di lokasi ini dapat terlayani dengan jaringan broadband Telkomsel.
Berita media ini sebelumnya, warga Kecamatan Gunung Purei, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, mesti bersabar. Sebuah menara Telkomsel menjulang tinggi di wilayah mereka sejak 20 tahun lalu, tetapi hanya bisa untuk telepon, tak sanggup mengaktifkan jaringan internet.
Kepala Desa Lampeong II Sutnadi, Kamis (17/9/2020) siang membenarkan, menara atau Base Transceiver Station (BTS) Telkomsel berdiri di Desa Lampeong II sejak tahun 2000. “Selama puluhan tahun hanya bisa untuk telepon. Tak ada jaringan internet. Kami sudah lama menyuarakan hal ini, namun tak ada tanggapan,” ujar Sutnadi kepada KALAMANTHANA di Muara Teweh.
Menurut Sutnadi, saat Menteri Pendidikan menetapkan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) lewat daring, beban orang tua siswa SMA sederajat di Kecamatan Gunung Purei menjadi makin berat. Jumlah siswa asal Lampeong saja yang menimba ilmu di kota puluhan orang.
“Para ortu siswa asal Gunung Purei harus menyewa rumah di kota, lokasi sinyal bagus lengkap dengan internet. Demi anak-anaknya bisa mengerjakan tugas sekolah. Ini sangat memberatkan, sehingga kantong ortu makin kempis,” kata Sutnadi.
Biaya sewa kos dan makan di kota mencapai jutaan rupiah per bulan. Di tengah pandemi Covid-19, penghasilan para ortu siswa, umumnya bekerja tani sangat terbatas, bahkan cenderung menurun.
“Kami selaku warga dan ortu siswa, berharap kepada instansi terkait, supaya segera merealisasikan jaringan 3G atau 4G di Lampeong, sehingga siswa lancar belajar daring dari rumah sendiri,” ucap dia.
Apalagi saat ini di tengah pandemi Covid-19, kecemasan orang tua berlipat ganda, karena harus melepaskan sang anak ke kota, wilayah yang secara umum masuk zona merah. Di Gunung Purei sendiri zona hijau.(mel)
Discussion about this post