KALAMANTHANA, Sampit – Pendidikan adalah salah satu sumber masa depan generasi, yang juga merupakan hak asasi manusia, dan sudah semestinya semua masyarakat mendapatkan pendidikan yang baik dan juga layak. Selain jalan utama untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia ,pendidikan juga merupakan modal utama bagi keberlangsungan kehidupan masyarakat dalam mencari jalan kehidupan yang layak, khususnya di Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim).
Dalam konteks ini pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Kotim Muhammad Rudini Darwan Ali dan H.Samsudin atau yang biasa disebut Kotim Bercahaya, memilih program dasar yaitu akan melakukan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, terutama di daerah terpencil, karena dinilai selama ini kurangnya suport sarana dan prasana dari pemerintah, menimbulkan terpuruknya generasi muda kedepannya khususnya di wilayah pedesaan.
“Kita harus cermat melihat kebutuhan SDM daerah kita, menurut kami kurangnya dukungan dalam hal sarana dan prasarana, seperti jumlah guru yang terbatas, fasilitas yang tidak memadai di daerah terpencil, sering menjadi suatu masalah yan dianggap sebagai faktor utama kurangnya pendidikan di daerah terpencil di Kotim ini, tentunya ini masuk dalam program perioritas kami,” ungkap M.Rudini Darwan Ali Kamis (15/10/2020).
Baca Juga: Relawan Emak-emak Kotim Bercahaya Siap Bergerak di Sektor UMKM
Bahkan menurut mantan Wakil Ketua DPRD Kotim ini jumlah guru yang sedikit di daerah terpencil terjadi karena kurangnya perhatian dari pemerintah, dan minimnya pemberdayaan SDM di tingkat pedesaan itu sendiri sehingga kesulitan untuk mencari guru yang benar-benar merupakan warga setempat.
“Termasuk gaji dan tunjangan yang diterima oleh guru di daerah terpencil berakibat pada kurangnya minat untuk menjadi tenaga pendidik, di beberapa desa saja contohnya masih terjadi, dan jug termasuk akses jalan menuju sekolah menjadi persoalan bagi pendidik dan peserta didik, dan ini akan menjadi perhatian pasangan Kotim Bercahaya sebagai wujud pemerataan pembangunan diberbagai desa yang ada di Kabupaten Kotim ini,” tegasnya.
Selain itu dia juga menjelaskan, nantinya program pembangunan disektor pendidikan akan terfokus kepada pemberdayaan masyarakat. Seperti, beasiswa kepada putra-putri daerah yang memiliki prestasi, beasiswa bagi putra-putri yang memiliki keinginan, untuk melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi namun perekonomian keluarga tidak mampu, hingga sampai pelatihan kepada pemuda-pemudi yang ingin menambah ketrampilan secara khusus.
“Harus ada kepedulian dari pemimpinnya, tentunya kami terhadap pendidikan di Kabupaten Kotim, pasangan Kotim Bercahaya nantinya apabila diberi amanat memimpin daerah ini, akan melaksanakan pembangunan sarana dan prasarana pendidikan di daerah terpencil, karena program ini juga seiring dengan program pemerintah pusat,” ujarnya.
Disisi lain Rudini juga mengatakan berbagai masalah dan persoalan yang menghambat proses pendidikan di suatu desa masih sering muncul, diantaranya minimnya informasi terkait pendidikan berkelanjutan, melalui sistem daring atau akses internet dan juga listrik yang termasuk merupakan bahan utama, dalam meningkatkan Sumberdaya Manusia dari sisi otodidak berdasarkan apa yang mereka butuhkan sehingga sudah bisa menjadi bahan dasar munculnya (skil).
“Bagi kami ketika bicara pendidikan tentunya harus mengikuti proses zaman dan kecanggihan sistem sekarang ini, nah untuk mencapai itu tentunya sarana dan prasarana ini meliputi gedung sekolah beserta fasilitasnya, serta peralatan-peralatan sekolah yang menunjang proses belajar mengajar di suatu sekolah, yang mengutamakan teknologi, namun perlu diingat teknologi tidak akan bisa masuk apabila tidak ada listrik, dan akses internet juga tidak akan bisa berjalan maksimal tanpa itu, inilah target kami Kotim Bercahaya kedepannya,” tegas Rudini.
Dirinya juga mengatakan masalah yang tidak kalah menyita perhatian pasangan Kotim Bercahaya adalah masalah kualitas guru. Tuntutan mengajar seorang guru di daerah terpencil lebih berat bila dibandingkan tuntutan guru yang mengajar di daerah perkotaan, hal ini juga menjadi perhatian khusus pasangan Rudini-Samsudin nantinya.
“Hambatan ini dipicu oleh masalah minimnya sarana dan prasarana penunjang proses pembelajaran di daerah terpencil. Sehingga seringkali seorang guru di daerah terpencil memutar otak untuk memenuhi hal tersebut. Apalagi bobot materi yang harus diajarkan harus sesusai dengan yang telah ditetapkan oleh pemerintah, jika dibandingkan dengan penghasilan mereka tentunya tidak akan cukup, ini juga menjadi perhatian kami,” tutupnya. (drm)
Discussion about this post