KALAMANTHANA, Pulang Pisau – Pembuatan saluran air (drainase) di sempadan Jalan Trans Kalimantan mulai Desa Mantaren II hingga Desa Mintin merupakan program padat karya yang di kerjakan secara swakelola oleh masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dinas PUPR Kabupaten Pulang Pisau Dr Usis I Sangkai.
Ia, menyebutkan, kegiatan pembuatan drainase di sempadan Jl Trans Kalimantan antara Desa Mantaren II sampai Desa Mintin merupakan program Balai Pelaksana Jalan Nasional Kementerian PUPR yang dilaksanakan secara swakelola untuk membantu memulihkan perenomian masyarakat.
“Selain itu kegiatan ini juga merupakan sisa dari kegiatan peningkatan jalan menuju Food Estate baik Kapuas maupun Pulang Pisau,” ungkap Usis.
Menyikapi Pemberitaan mengenai perencanaan proyek drainase dinilai tidak efektif dan menjadi sorotan sejumlah awak media di Pulang Pisau, ia menjelaskan, kegiatan tersebut dilaksanakan secara swakelola yang melibatkan masyarakat setempat sebagai pekerja dan tidak menggunakan alat berat.
“Kegiatan ini dimaksudkan juga untuk pemulihan ekonomi, membantu masyarakat akibat terdampak covid-19,” ucap Usis.
Terkait mengenai perencanaan yang dituding tidak efektif karena alur drainase dilengkung ketika ada tiang listrik, dan putusnya drainase saat terkena halaman rumah warga, Usis menjawab bahwa hal itu memang sengaja dilakukan.
“Karena ini memang kegiatan padat karya, oleh sebab itu ketika kena tiang listrik atau bangunan lainnya, maka diusahakan untuk dihindari,” kata Usis.
Dijelaskannya lebih rinci, menurutnya sistem drainase itu pada prinsipnya berfungsi membawa air hujan dari permukaan jalan ke saluran pembuangan air di samping jalan menuju saluran pembuangan akhir.
“Jadi seandainya drainase itu didesain berbelok-belok itu tidak menjadi soal yang penting kemiringan drainase harus benar-benar diperhitungkan agar arah aliran air limpasan dari hujan itu benar-benar menuju saluran pembuangan akhir,” demikian ungkap Dr Usis I Sangkai.
Sebelumnya diberitakan Proyek Pembangunan Drainase Jalan Trans Kalimantan Pulpis Mendapat Sorotan dari masyarakat.
Menurutnya, pembangunan proyek tersebut tidak beraturan dan terkesan asal-asalan, sehingga belum mengambarkan sebuah pembangunan dengan tata kota yang baik.
Kemudian, berdasarkan hasil pantaun awak media di lapangan, proyek pekerjaan pembangunan Drainase tersebut juga terletak di jalur hijau.
Sebab, di lokasi pembangunan itu sudah banyak berdiri bangunan tempat tinggal yang langsung dijadikan tempat usaha masyarakat. Sehingga, proses pembangunan terputus-putus akibat terhalang halaman rumah warga.
Selain itu, pantauan di lapangan terkait pekerjaan proyek itu juga kurangnya koordinasi dengan pihak PLN. Padahal disepanjang jalan pembangunan terdapat beberapa tiang listrik.(app)
Discussion about this post