KALAMANTHANA, Muara Teweh – Usai terdengar kabar seorang gadis diduga meninggal bunuh diri di Kelurahan Jingah, Kecamatan Teweh Baru, Barito Utara, Senin (16/8) siang, malamnya suasana di samping Wing A RSUD lebih ramai dari biasanya.
Senin pukul 19.25 WIB, ambulans membawa jasad Lidya Safitri (17) memasuki halaman RSUD Muara Teweh, langsung ke arah ruang jenasah.
Ambulans tersebut meluncur dari Desa Liang Naga, Kecamatan Teweh Baru. Mayat Lidya dijemput sejak sore, karena sempat le ih dahulu dibawa ke Liang Naga, sesuai dengan kemauan orang tuanya.
Belakangan ada pihak keluarga di Jingah yang melaporkan ke Polsek Teweh Tengah soal kematian Lidya. Polisi pun turun tangan dan membawa mayat dari Liang Naga ke RSUD untuk kepentingan visum.
Setelah mayat tiba, beberapa menit kemudian Kepala Polsek Teweh Tengah AKP Reny Arafah tiba di RSUD. Dia tak sendirian, Kanit Intel dan Reskrim Polsek Teweh Tengah beserta anggota lengkap hadir. Kanit Reskrim Ipda Sukarno bahkan sampai datang ke Liang Naga. Dia ikut membawa jenasah ke RSUD. “Kita tunggu Kasat Reskrim,” kata Reny pelan.
Baca Juga: Lidya Dikenal Pendiam, Senin Sekitar Pukul 10 Pagi masih Setel Musik Lewat Hp
Sambil menunggu kedatangan Kasat Reskrim, Reny menyempatkan diri bertanya kepada ayah sambung korban, Juanadinur. Sekitar 15 menit keduanya berbicara. Komunikasi berjalan lancar dalam Bahasa Bakumpai.
Sekitar pukul 19.45 WIB, Kasat Reskrim Polres Barito Utara AKP M Tommy Palayukan tiba, dengan tampilan rileks mengenakan baju kaos putih dan celana jins hitam. Lima menit berselang, tim Inafis dengan membawa mobil Inafis juga tiba, sehingga proses visum digelar.
Semuanya tampak berjalan lancar. Juanadinur langsung dipanggil untuk melihat proses visum di dalam ruang mayat RSUD bersama Kasat Reskrim dan Kapolsek Teweh Tengah. Lalu menyusul Kades Liang Naga Mahmursidi turut dipanggil untuk masuk.
Dari sinilah suasana tampak makin serius. Satu per satu pejabat Reskrim Polres dan Polsek Teweh Tengah yang ada di RSUD juga dipanggil ke dalam ruang mayat. Entah apa yang dibahas di dalam sana.
Sekitar pukul 21.30 WIB proses visum berakhir. Jika proses normal, semestinya malam itu juga jenasah dibawa kembali ke Liang Naga, sehingga pihak keluarga bisa segera menyiapkan prosesi pemakaman.
Tetapi rupanya polisi punya pemikiran lain, sehingga ambulans yang sudah stand by di depan ruang jenasah tak jua bergerak. Tidak ada tanda-tanda hendak berangkat.
Sebagai gantinya, justru terlihat Tommy dan Reny membentuk kelompok sendiri bersama para stafnya sambil mendiskusikan sesuatu. Secara tegas tapi sopan, keduanya meminta pers tak mendekat. “Nanti Kapolsek Teweh Tengah yang memberikan keterangan pers,” janji Tommy.
Sambil polisi berdiskusi, Reny sempat meminta stafnya untuk membelikan makanan buat Kades Liang Naga, Juanadinur, dan beberapa kerabatnya yang ikut ke RSUD.
Ternyata proses di luar ruang jenasah berjalan cukup alot. Waktu hampir menunjukkan pukul 23.40 WIB, barulah keluar keputusan mayat dibawa ke Palangka Raya untuk proses otopsi.
Tommy memberikan keterangan pers secara singkat membenarkan ditempuhnya proses otopsi, sehingga mayat Lidya dibawa ke Palangka Raya. Apa alasan harus diotopsi? Polisi masih menyimpannya.
Berdasarkan Wikipedia, otopsi atau bedah mayat juga dikenal pemeriksaan kematian atau nekropsi adalah investigasi medis jenasah untuk memeriksa sebab kematian.
Ada dua jenis otopsi:
(1) Forensik
Ini dilakukan untuk tujuan medis legal.
(2)Klinis
Cara ini biasanya dilakukan di rumah sakit untuk menentukan penyebab kematian untuk tujuan penelitian dan pelajaran.(melkianus he)
Discussion about this post