KALAMANTHANA, Muara Teweh – Air sangat cepat naik dan lebih dalam dibandingkan banjir-banjir terdahulu. Demikian kesan yang diungkapkan warga terkait banjir yang sedang terjadi di Benangin dan dua desa lain di Kecamatan Teweh Timur, Kabupaten Barito Utara.
Ungkapan tersebut disampaikan lewat media sosial, video, maupun foto-foto yang dikirim dari wilayah banjir. Sampai berita ini diturunkan, warga masih mengungsi ke tempat yang aman.
Salah satunya video kiriman warga bernama Syahdan Adan, Jumat (26/11/2021) pagi. “Besar airnya. Besar dari biasanya. Masih naik saja,” begitu suara seorang perempuan dalam video tersebut.
Parahnya banjir di Benangin dan dua desa lain dikonfirmasi oleh Pejabat Kecamatan Teweh Timur. Camat Winardi didampingi Kepala Seksi Keamanan dan Ketertiban (Tramtib) Irwanto kepada media massa membenarkan, akibat banjir warga enam desa menjadi korban, karena sekitar 150-200 rumah terendam air.
Baca Juga: Banjir Mulai Genangi Jalan Kandui-Tongka, Roda 2 Pakai Rakit Kayu Melintasi Desa Jaman
Ketinggian air rata-rata 1-1,5 meter, tetapi di tempat tertentu bisa mencapai 3-4 meter dengan petunjuk atap rumah warga sampai tnggelam tertutup air.
Daftar desa-desa terendam banjir sejak Rabu (24/11) sampai dengan Jumat adalah :
(1) Desa Benangin I.
(2) Desa Benangin II.
(3) Desa Benangin III
(4) Desa Benangin V.
(5) Desa Sampirang.
(6) Desa Muara Wakat.
Selain merendam ratusan rumah warga, banjir juga memutuskan akses Jalan Nasional Muara Teweh-Malawaken-Benangin-Lampeong. Akses jalan di depan SMAN 1 Teweh Timur dan Jembatan Sei Benangin di Desa Benangin II tertutup air.
Saat banjir terjadi di Benangin, Kepala Desa Benangin II Sabarson, tercatat sebagai orang pertama yang mengungkapkan kepada media.
“Banjir yang terjadi di Benangin akibat hujan sejak Selasa (23/11) malam sampai Rabu (24/11). Air mulai naik, Rabu, ke wilayah-wilayah rendah didekat aliran sungai. Ratusan rumah warga dan fasilitas umum di desa Benangin I, II dan V terendam banjir. Air terus naik, jika dibagian Hulu Sungai Teweh juga banjir,” jelas Sabarson.
Banjir kali ini menjadi pelajaran bagi semua pihak. Terutama soal mitigasi bencana dan program berkelanjutan menjaga daerah tangkapan atau resapan air. Jika banjit selalu dianggap hal biasa, terbuka kemungkinan terjadinya keadaan lebih parah dimasa mendatang.(Melkianus He)
Discussion about this post