KALAMANTHANA, Palangka Raya – Sebanyak 60 siswa kelas X, XI dan XII SMAN 1 Kuala Pembuang, Kabupaten seruyan ditambah tiga orang guru Pendidikan Bahasa Indonesia mengikuti pelatihan menulis puisi modern, Kamis 23 Juni 2022.
Kegiatan yang berlangsung di Aula SMA Negeri 1 Kuala Pembuang ini menghadirkan narasumber yaitu Lastaria, M.Pd seorang sastrawan dan juga dosen di Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.
Acara “Pelatihan Menulis Puisi modern pada SMA Negeri 1 Kuala Pembuang” dibuka oleh ketua tim pelaksana Pengabdian kepada Masyarakat, Siti Arnisyah, M.Pd sekaligus mewakili pihak lembaga LP2M.
Arnisyah Meminta para peserta agar menunjukkan minat dan bakatnya dalam berkarya, khususnya dibidang sastra.
Selain itu, Arnisyah juga mengungkapkan bahwa kegiatan ini bagian dari upaya yang dilakukan untuk meningkatkan keilmuan dan memenuhi Catur Dharma Perguruan Tinggi.
Khususnya, dibidang Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Catur Dharma yang wajib dilaksanakan oleh dosen di UMPR terdiri dari Pendidikan, Penelitian, Pengabdian Masyarakat, dan Kemuhammadiyahan.
Universitas Muhammadiyah Palangkaraya selalu memberikan dukung dan motivasi bagi para dosennya agar aktif dalam memenuhi Catur Dharmanya.
“UMPR setiap tahunnya menyelenggarakan hibah penelitian dan pengabdian melalui LP2M,” kata Arnisyah selaku ketua tim pelaksana pengabdian masyarakat.
Hasil kegiatan ini tentunya tidak hanya menyalurkan sebuah ilmu pengetahuan bagi siswa-siswi tetapi diharapkan pula adanya sebuah karya yang dihasilkan dari kegiatan tersebut, seperti terbitnya buku antologi puisi karya siswa-siswi dan guru-guru yang ada di SMA Negeri 1 Kuala Pembuang.
Hasil karya tulis puisi tersebut tentunya akan menambah jumlah koleksi bahan bacaan bagi pecinta sastra dan tentunya akan memberikan motivasi bagi siswa-siswi lainnya.
Ramli, S.Pd., M.M., mewakil kepala sekolah menyampaikan dukungannya terkait kegiatan yang digelar oleh dosen UMPR.
Kegiatan ini diharapkan akan selalu berkelanjutkan sehingga dapat mendongkrak motivasi siswa-siswa dan guru-guru dalam bersastra.
Terlepas dari hal itu, ia juga mengungkapkan harapannya agar kegiatan ini juga menjadi jalan silahturahmi bagi pihak sekolah SMAN 1 Kuala Pembuang dengan UMPR.
“Saya harap kegiatan ini dapat melibatkan banyak pihak guru dan siswa dengan menciptakan 1.000 karya puisi untuk menumbuhkan kesadaran kebudayaan menulis sastra melalui kegiatan pelatihan ini,” ujarnya.
Sementara itu, Lastaria selaku narasumber mengungkapkan bahwa, raga boleh tiada, tapi karya akan abadi selamanya.
Lastaria mengatakan, banyak hal yang diperoleh seseorang dengan menulis, seperti: meningkatnya wawasan, meningkatkan kemampuan berbahasa, memicu kreativitas sehingga dapat mengeksplorasi berbagai macam kata dan rima dalam bersastra.
“Juga membantu menjaga kesehatan mental karena dengan berpuisi dapat meningkatkan perasaan sekaligus sebagai wadah mengekspresikan kemarahan dan kesedihan, menambah kawan, dan menambah pundi penghasilan,” kata dia.
Menulis puisi dapat diawali dengan menentukan mengenal diri sendiri dengan mengawalinya melalui kalimat tanya siapa aku?
“Jika, kita sudah menemukan siapa diri sendiri mulailah mengenal puisi, jenis-jenisnya dan mulailah menulis dengan menentukan tema puisi yang akan dituliskan,” jelasnya.
Selanjutnya pilihlah jenis puisi yang akan ditulis, deskripsikan informasi dari elemen yang dijadikan objek dan tuliskan kalimat pertama dalam puisi yang dapat memerangkap ketertarikan pembaca! ciptakan kalimat yang berirama, pastikan pula bahwa penulis benar-benar memahami kata-kata yang tercantum di dalam puisi serta dampaknya terhadap irama dan makna kalimat.
Selanjutnya, memikirkan informasi apa saja yang relevan dengan subjek puisi ungkapnya seperti: melafalkan kata, frasa, atau kalimat yang ditulis untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan jumlah silabel untuk membuat alur puisi terdengar baik.
Tentukan kalimat akhir puisi meskipun tidak ada aturan khusus mengenai panjang sebuah puisi yang benar, dan membuat draf final puisi karena penyuntingan sangat diperlukan pada beberapa bagian, seperti diksi dan bunyi rimanya yang kurang layak.
“Apa pun keputusan akhir penulis, satu hal yang selalu diingat bahwa seorang penulis puisi harus memercayai intuisi di atas segala-galanya,” tukas Lastaria. (srs)
Discussion about this post