KALAMANTHANA, Palangka Raya – Lembaga perdamaian internasional (HWPL) gelar Konferensi Doa dan Diskusi WARP (Aliansi Umat Beragama Sedunia melalui zoom meeting, 28 Januari 2024 yang lewat.
Konfrensi Doa dan Diskusi WARP menghadirkan panelis lintas agama yaitu, Pmy. Rudi Hardjon Dhammaraja (Buddha), Muhammad Galib Mattola (MUI Sulawesi Selatan), Djohan Adjuan (Kong Hu Cu) dan Made Suartana (Kristen).
Diskusi dihadiri 50 orang peserta dan rencananya akan diadakan rutin setiap bulannya tersebut mengangkat topik, apakah pandangan kitab suci setiap agama tentang perang?
Panelis dari Kong Hu Cu, Djohan Adjun mengatakan, peperangan yang terjadi untuk memuaskan kepentingan suatu kelompok, atau untuk menyiksa orang, maka itu perbuatan tidak berbakti terhadap orang yang lebih tua atau langit dan bumi.
“Book of Changes menyebutkan bahwa manusia khususnya orang Ru Jiao belajar dari contoh langit dan bumi untuk memelihara semua mahluk di dalamnya tanpa pandang bulu,” ujarnya.
Rudi Hardjon menegaskan, di dalam ajaran Buddha Dharma sebenarnya tidak mengenal perang. Disebutkan hanya untuk memberantas kejahatan. “Seorang harus menghindari pembunuhan, penyiksaan dan kekerasan terhadap mahluk lain,” kata dia.
Panelis dari Kristen, Made Suartana menjelaskan, ketika Yesus datang, ajaran tersebut diubah menjadi ajaran kasih. “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Jika hal ini terus dipertahankan, maka tidak akan perang lagi,” imbuhnya.
Sedangkan Galib Mattola memaparkan, dalam Al-Qur’an peperangan yang dimaksudkan untuk mebela diri, dan Allah tidak mengizinkan terjadinya peperangan secara berlebihan dan melebihi batas.
“Itulah ajaran dasarnya. Dan jika ada orang yang melakukan penyerangan, mungkin mereka tidak terlalu taat atau tidak mengetahui ajaran Al-Qur’an,” katanya. (sly)
Discussion about this post