KALAMANTHANA, Muara Teweh – Kematian Mulyani (40), warga RT 06 B, Kampung Kadap, Kelurahan Jingah, Kecamatan Teweh Baru, Kabupaten Barito Utara meninggalkan masalah dalam keluarga yang ditinggalkan. Enam orang anaknya ditinggal, tanpa kepastian pembiayaan hidup lebih lanjut.
Doni (25), adik kandung Mulyani terpaksa hilir mudik mencari bantuan ke berbagai instansi di Muara Teweh, seperti kantor bupati, gedung DPRD, dan beberapa instansi pemerintah. “Kakak saya (Mulyani) meninggal Selasa (6/6) lalu, karena perutnya membengkak dan sesak napas. Dia meninggalkan anak enam orang. Saya datang minta bantuan untuk sembahyang tiga hari, lalu tujuh hari,” ujarnya kepada wartawan di ruang tunggu DPRD Barut, Kamis (8/6/2017).
Doni mengaku, dia sempat datang minta bantuan ke Sekretariat Daerah (Setda Barut), tetapi tidak ada tanggapan. Merasa upaya mencari bantuan kian sulit, dia memberanikan diri datang ke gedung DPRD Barut, sekitar pukul 10.45 WIB. “Saya datang ke sini, sekiranya bisa dapat bantuan,” katanya lirih.
Doni tak menampik, bahwa Mulyani dirawat selama lima hari di RSUD Muara Teweh tanpa dipungut biaya sepeser pun. Tetapi itu belum cukup, karena setelah proses penguburan, keluarganya masih harus menanggung beberapa kegiatan serta kelangsungan hidup enam orang anak. Wagiyo, suami Mulyani tak bisa lagi diandalkan. Alasan ini yang mendorongnya mencari bantuan ke berbagai tempat.
Akhirnya sekitar pukul 12.00 WIB, Doni yang terus menunggu di gedung DPRD Barut, bisa bertemu dengan Wakil Ketua DPRD Acep Tion. Dari politisi PAN itu, dia mendapatkan bantuan untuk kegiatan sembahyang bagi almarhum Mulyani. (mki)
Discussion about this post