KALAMANTHANA, Muara Teweh – Satu pemandangan miris terhampar di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Apa itu? Jalan penghubung dari ibukota kabupaten ke desa-desa rusak berat. Setidaknya itu terlihat di Kecamatan Teweh Timur, Teweh Tengah, Teweh Baru, dan Lahei. Kerusakan jalan sangat merugikan warga masyarakat.
Ruas jalan yang rusak itu umumnya menjadi urat nadi transportasi masyarakat, terutama untuk mengangkut hasil pertanian. Diduga kerusakan jalan akibat akumulasi beberapa faktor penyebab. “Kami menderita karena sangat sulit mengangkut hasil pertanian dengan kondisi jalan rusak seperti itu. Tolong pemerintah perbaiki,” kata Sunarko, warga Desa Jamut kepada KALAMANTHANA.
Padahal potensi pertanian Desa Jamut sangat besar. Luas lahan pertanian di desa ini sekitar 250 hektare berisi tanaman padi, jagung, dan sayur-mayur. Setiap hari warga mengangkut komoditas pertanian sebanyak 2 ton. Komoditi ini dipasarkan hingga ke Kabupaten Pelaihari, Kalimantan Selatan. Akibat jalan rusak, para petani hanya dapat menggunakan sepeda motor untuk menurunkan hasil pertanian di jalan negara Km 30. “Untuk komoditi jagung pipil dan jagung manis saja, setiap hari sekitar 1.000-1.500 kg yang keluar dari desa kami,” ujar Padi, warga Desa Jamut.
Kerusakan paling parah di ruas Jalan Simpang Km 50 menuju Desa Jamut terletak di titik Dameng (Km 2) dan titik yang disebut warga Lokasi Sawit. Hanya kendaraan dobel gardan yang bisa lolos, sedangkan kendaraan jenis lain dan roda dua harus didorong, karena lubang sudah berbentuk kubangan dengan kedalaman berkisar 50-80 cm.
Hambatan bagi warga Desa Jamut, Liju, Mampuak, dan Pantung tak berhenti di sini saja. Begitu keluar dari Simpang Km 50 mereka harus berjibaku lagi di ruas jalan Simpang Km 30-Benangin-Desa Lampeong, karena ada dua titik kerusakan parah, tepatnya di Km 45 dan sekitar Panaen. Jalan ini baru saja diperbaiki Dinas PU Barut, tapi rombongan truk pengangkut kayu terus bersilewaran, tak peduli siang atau malam. “Jalan itu baru diperbaiki, tapi truk-truk pengangkut kayu nekat melintas. Mereka seolah-olah tidak bisa menunggu sampai jalan dalam kondisi siap,” kata Dirham warga asal Benangin.
Kerusakan jalan terjadi pula di Desa Datai Nirui (Km 55), Kecamatan Teweh Baru. Ketua Komisi III DPRD Barut Tajeri yang sedang reses ke desa tersebut turut merasakan kerusakan jalan. Bahkan mobilnya beberapa kali selip. “Masyarakat mempertanyakan proyek multi years yang dikucurkan untuk ruas jalan menuju Datai Nirui, karena seharusnya tuntas pada 2016,” katanya.
Laporan kerusakan jalan juga berdatangan dari warga Desa Liang Naga, Sabuh, Nihan, dan Lahei. Warga memposting kondisi jalan rusak itu, misalnya jalan Desa Niihan di media siber. “Jalan dua arah dari Km 30 dan Malawaken-Benangin-Lampeong semakin hancur oleh angkutan kayu plat dan balok yang tidak pernah mengenal hujan,” kata netizen bernama Juandy. (mki)
Discussion about this post