KALAMANTHANA, Penajam – Dia jadi calon bupati termuda pada Pilkada Penajam Paser Utara 2018. Siapakah Abdul Gafur Mas’ud dan bagaimana kiprahnya?
AGM, begitu dia biasa disebut, lahir di Balikpapan pada 7 Desember 1987 lalu. Baru 30 tahun. Dia putra bungsu dari pasangan Mas’ud dan Rawaidah, salah satu kakaknya, Rahmad Mas’ud adalah Wakil Wali Kota Balikpapan. Lahir di Balikpapan, tapi AGM punya leluhur PPU. Istrinya, Risna, adalah juga warga Jennebora, PPU.
AGM menjalani pendidikan di berbagai kota, selain Balikpapan. Dia, misalnya, pernah didik di SMA Pesantren Darunnajah, sebuah sekolah boarding di Ulujami, Jakarta Selatan. Gelar sarjana ekonominya pun diraih di STIE Aprin Palembang, Sumatera Selatan.
Selain itu dia pernah mengikuti kursus/Diklat Diklatnas Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) dan Lemhanas Hipmi. Di bidang organisasi sebagai Wakil Ketua Umum BPP Pusat HIPMI di Jakarta, Ketua Umum BPC HIPMI Kota Balikpapan, Bendahara Umum PMI Kota Balikpapan, Wakil Koordinator Tetap Kadin Indonesia Timur, Wakil Ketua Sumber Daya Alam dan Mineral BPP KKSS serta Ketua Ikatan Alumni Lemhanas HIPMI angkatan VI.
Pemilik PT Petro Perkasa Indonesia ini pun memiliki jalur politik. Dia melabuhkan pilihannya pada partai besutan Susilo Bambang Yudhoyono, Partai Demokrat. AGM didapuk memimpin DPC Partai Demokrat Balikpapan.
Niatnya maju sebagai bakal calon Bupati PPU karena kabupaten ini merupakan wilayah yang tak terpisahkan dari Kota Balikpapan. Dari Kecamatan Penajam sampai Sungai Tunan bersentuhan langsung dengan Kota Balikpapan. Ia ingin melanjutkan pembangunan di Kabupaten PPU, tentu saja dengan nuansa baru, modern, dan religius.
Ia menjanjikan, selain melanjutkan program baik dari Bupati Yusran Aspar dan memperbaiki yang masih kurang, dirinya juga mengajukan konsep pembangunan yang baru, yang juga bisa dirasakan manfaatnya langsung oleh masyarakat PPU.
AGM meyakini dirinya mampu membawa PPU lebih baik dengan mulai dari pembangunan di desa dan menata pemerintahan. Minimal, PPU tidak akan tertinggal jauh dari kota tetangganya, Balikpapan.
“Yang jadi pertanyaan apakah kita dapat melanjutkan pembangunan yang ada di PPU? Perlu perencanaan yang lebih matang agar PPU bisa jauh lebih maju lagi seperti halnya Kabupaten Bantaeng yang dulunya kering kerontang. Insya Allah, minimal PPU ke depan tidak tertinggal jauh dari Balikpapan,” ujarnya.
Tambah AGM, jika konsep pembangunan seperti halnya di Bantaeng, PPU perlahan namun pasti berbenah diri menjadi daerah yang lebih berkembang. Potensi alam di wilayah pesisir akan digarap secara serius yakni Pantai Tanjung Jumlai, Goa, Air Terjun, dan daerah potensi wisata lainnya sehingga nantinya menjadi salah satu tujuan wisata alternatif di PPU. Nantinya PPU bisa menghasilkan PAD yang jauh lebih besar lagi sehingga tidak lagi tergantung dari dana bagi hasil dari pemerintah pusat.
Salah satu kelebihan Bantaeng yang bisa diadopsi Pemerintah Kabupaten PPU, menurut AGM, adalah unggul dalam bidang network atau jaringan, baik dalam negeri lebih-lebih luar negeri.
“Misalnya optimalisasi peran BLK dalam mencetak calon tenaga kerja yang handal. Selama ini BLK kita masih sangat tergantung dengan APBN,” katanya.
“Di sektor pertanian dan perikanan, saya akan gencar meningkatkan produksi dan perbaikan pendapatan petani dan nelayan, termasuk UMKM, kredit rakyat berbunga rendah, insya allah PPU Baru Modern dan Religius,” pungkasnya. (hr)
Discussion about this post