KALAMANTHANA, Sungai Raya – Satelit pemantau NOAA dan Modis, hingga 30 April lalu, memantau tiga titik panas yang terjadi di Kalimantan Barat. Ketiganya terdapat di Kota Singkawang, Kabupaten Kubu Raya, dan Sanggau.
Tapi, Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supadio, Pontianak, Mega, mengaku nilai kepercayaan atas pemantauan itu masih bervariasi. Jadi, belum bisa dipastikan apakah terjadi pembakaran lahan atau kebakaran hutan.
“Nilai kepercayaannya masih bervariasi. Belum tentu pembakaran lahan dan bisa saja itu hanya aktivitas masyarakat membakar sampah dengan skala besar. Karena yang terpantau itu titik panas, bukan titik api,” ujar Mega.
Mega menjelaskan, untuk nilai kepercayaan antara nol sampai 30 persen, merupakan kategori ringan, untuk pantauan titik panas yang terjadi di permukaan bumi, berdasarkan pantauan dua satelit tersebut.
“Sedangkan untuk nilai kepercayaan 31 sampai 80 persen, masuk dalam kategori sedang, lalu untuk angka 81-100 masuk dalam kategori tinggi. Sementara pantauan tiga titik panas tersebut masuk kategori ringan hingga sedang,” katanya.
Awal April lalu, Kapolda Kalimantan Barat, Brigjen Arief Sulistyanto, mengajak semua lapisan masyarakat untuk bersama-sama menciptakan zero hotspot sepanjang tahun 2016 dengan tidak membakar lahan.
“Saya tekankan agar di tahun 2016 jangan sampai ada titik api (hotspot) khususnya di wilayah Kalbar,” katanya, saat berkunjung ke Singkawang, Senin (4/4/2016).
Untuk mengantisipasi hal itu, pihaknya bersama Kodam dan Manggala Agni telah membentuk peleton desa. “Satu desa satu peleton. Yang bertugas, pertama, melakukan patroli antisipasi kebakaran sekaligus sebagai pemadam kebakaran apabila terjadi kebakaran,” ujarnya.
Sehingga, apabila ditemukan api yang masih kecil, maka akan segera bisa dipadamkan agar tidak sampai membesar.
Tugas yang kedua, lanjutnya, kampanye atau sosialisasi ke masyarakat. Adapun bentuknya, memasang maklumat baliho yang cukup besar untuk menyampaikan kepada masyarakat secara dari pintu ke pintu.
“hal ini juga tentunya akan melibatkan rekan-rekan media untuk menyampaikannya ke masyarakat. Tolong suarakan hal ini kepada masyarakat,” pintanya.
Kemudian, instansi terkait yang bergerak di bidang pertanian, diminta untuk harus memberikan solusi kepada petani. “Bahwa untuk membuka lahan dengan cara membakar itu tidak dibolehkan. Lalu apa solusinya,” ungkapnya. (ant/akm)
Discussion about this post