KALAMANTHANA, Palangka Raya – Razali Ritonga yang merupakan pakar statistik, penulis, akademisi dan juga mantan pejabat BPS Pusat menegaskan, tantangan terbesar yang saat ini dihadapi BPS selain menyikapi berita hoax dengan semakin berkembangnya teknologi, tak kalah pentingnya adalah karena ternyata banyak data BPS yang “digoreng” khususnya dipakai dalam politik.
Hal tersebut disampaikannya saat workshop wartawan di Ballroom Hotel Aquarius Palangka Raya, Selasa (18/9/2018).
“Hampir semua petahana menggunakan data untuk bisa menjatuhkan rivalnya. Biasa ini terjadi antara petahana. Dari pola-pola yang diutarakan menyinggung ke situ. Contohnya kok kemiskinan turun, tapi bisa digoreng tidak mungkin turunlah, ini yang kita amati,”ujarnya.
Hal tersebut disampaikannya saat workshop wartawan di Ballroom Hotel Aquarius Palangka Raya, Selasa (18/9).
Padahal, penggunaan data statistik yang berkualitas untuk perencanaan pembangunan merupakan syarat mutlak agar sasaran pembangunan tidak meleset. Boleh jadi, tidak terpenuhi pemenuhan hak dasar sebagian warga hingga kini, seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan dan kesehatan, disebabkan belum optimalnya sasaran pembangunan.
Sejatinya, penentuan sasaran pembangunan secara tepat akan mempermudah pemerintah dalam mengalokasikan anggaran ke daerah-daerah, proporsional dengan kebutuhannya. Bahkan, ketepatan sasaran pembangunan dapat meningkatkan akuntabilitas publik guna mempersempit ruang penyimpangan anggaran.
Bahkan kebutuhan data statistik secara akurat saat ini telah berkembang, tidak hanya untuk pencegahannya. Sebab, keberhasilan dalam melakukan pencegahan akan lebih murah dibandingkan penyelesaian masalah setelah muncul kepermukaan.
Sementara itu Kabid Statistik Distribusi BPS Kalteng Bambang Supriono mengungkapkan, setelah sempat vakum selama sekitar satu dasawarsa menyelenggarakan pelatihan bagi wartawan.
Kali ini dalam rangkaian momentum memperingati Hari Statistik yang jatuh pada 26 September, Badan Pusat Statistik (BPS) Kalimantan Tengah, kembali menggelar kegiatan ini, dengan tema data mencerdaskan bangsa.
Esensi dari kegiatan tersebut, yakni.dapat meningkatkan komunikasi dan interaksi dengan awak media. Terpenting lagi dapat memiliki persepsi sama dalam melakukan desiminasi data.
Makanya, lanjutnya, pelatihan itu sengaja.dilakukan. Mengingat pentingnya peran pers untuk menyebarkan informasi data BPS, agar jelas dan tepat sasaran.
Ia menilai selama ini, peran media menyampaikan hal tersebut sudah sangat baik. Terbukti sejauh ini, apa yang telah dipublikasikan sudah memenuhi harapan yang diinginkan BPS. (tva)
Discussion about this post