KALAMANTHANA, Pulang Pisau – Calon anggota legislatif (caleg) Pulang Pisau pada Pemilu 2019, selain akan diisi politisi, pengusaha, dan mantan birokrat, juga diramaikan sejumlah mantan kepala desa atau pambakal. Dari data yang dihimpun, sedikitnya ada tujuh nama mantan kades yang maju sebagai caleg dari berbagai parpol.
Nama tersebut yakni mantan Kepala Desa Mintin, Rusmagau yang maju dari Partai PAN, kemudian Adekson mantan Kades Anjir yang maju dengan perahu PKPI. Berikutnya mantan Kades Paduran Sebangau Rudy Hamid dan mantan Kades Pilang Aman melalui Perindo.
Nama Sukri Suryanata mantan Kades Taruna juga diketahui maju melalui Partai Berkarya. Ada juga nama Arianson, mantan Kades Tangkahen yang maju melalui perahu Golkar dan Suwardi, mantan Kades Sebangau permai melalui Partai Nasdem. Menariknya, dua nama terakhir cukup beruntung karena pernah duduk menjadi anggota DPRD.
Pengamat politik dari Universitas Palangka Raya, Sidik R Usop mengaku mengapresiasi keberanian para mantan kepala desa untuk maju, berlaga di pemilihan legislatif.
Menurutnya hal ini membuktikan jika demokrasi sudah menyentuh hingga ke akar rumput, yakni tatanan desa. Majunya mantan pambakal diyakini Dosen Sosial Politik Unpar ini akan mampu menarik minat pemilih untuk datang ke TPS, karena faktor kenal.
Apalagi bagi mantan kades yang selama menjabat punya peran sentral di desanya, tentu akan ada perlawanan dengan caleg lainnya.
“Masuknya tujuh nama berlatar kepala desa di Pileg tahun 2019 menandakan demokrasi di Pulang Pisau berjalan baik. Jangan lupa mantan kades itu sebelum maju sudah punya modal sosial dari warga desanya. Hanya memang untuk bisa naik melenggang ke DPRD tidak mudah juga. Mereka harus berhitung berapa suara minimal untuk bisa duduk, kemudian mereka juga harus bisa memetakan basis, dimana letak pemilih mereka. Tidak bisa mengandalkan hanya dari satu desa saja,” ungkap Sidik.
Pria kelahiran Kapuas 1954 silam ini juga menyebut, mantan kades yang punya kans bisa terpilih yakni mereka yang maju tidak dalam posisi dadakan. Karena bertarung di legislatif berbeda dengan saat maju menjadi kepala desa.
Dikatakan Sidik, perlu banyak pikiran, tenaga dan dana finansial untuk bergerak menggaet suara pemilih. Jika saat Pilkades calon yang di pilih hanya beberapa orang saja, di pileg berbeda, ada puluhan bahkan ratusan nama yang di sodorkan ke masyarakat.
“Jadi maju bertarung di Pileg itu perlu pemetaan dan persiapan yang matang. Ada hitungan-hitungan yang dipakai tidak bisa mengandalkan suara dari satu atau dua desa saja. Tapi nanti kita lihat saja bagaimana mereka dilapangan menerapkan strateginya masing-masing,” tutup Sidik. (app)
Discussion about this post