KALAMANTHANA, Muara Teweh – Anggota Exco Asosiasi Provinsi PSSI Kalimantan Tengah, Hatir Sata Tarigan sangat menyayangkan sikap tim Kotawaringin Barat (Kobar) melakukan WO saat pertandingan melawan Kota Palangka Raya, di Stadion Swakarya Muara Teweh, Barito Utara, Selasa (23/10) malam.
Seharusnya hal itu bisa saja diredam sang pelatih dan ofisial. Tapi justru sebaliknya, malah mereka yang dianggap melakukan protes berlebihan terhadap wasit hingga masuk ke dalam lapangan dan memilih mengajak timnya keluar dari arena pertandingan.
“Saya menyaksikan pertandingan langsung. Wasit sudah bertindak obyektif. Wajar saja kalau wasit ada kalanya tidak melihat pelanggaran, tapi tidak seharusnya Kobar langsung mengundurkan diri setelah melakukan protes. Panitia disiplin harus memberikan disiplin kepada Kobar,” kata Hatir di Muara Teweh.
Pertandingan sepakbola babak semifinal antara Kota Palangka Raya dengan Kobar berakhir ricuh. Kericuhan terjadi di sisa pertandingan 20 menit. Protes dilakukan oleh pemain, ofisial tim, pelatih dari Kobar ini karena keputusan wasit.
Berawal dari kemelut di depan gawang tim Kota Palangka Raya. Tim pelatih dan ofisial Kobar menilai telah terjadi handsball, namun dari pengamatan wasit tidak terjadi, sehingga pertandingan tetap berjalan.
Namun ofisial melakukan protes terhadap hakim garis. Para pemain juga ikut protes, kemudian pelatih memberikan isyarat untuk pemainnya keluar lapangan. Posisi saat itu Kota Palangka Raya sudah unggul dengan skor 2-1.
Untungnya aparat keamanan dari kepolisian dan TNI cukup sigap sehingga kericuhan itu bisa diredam. Namun tim Kobar tetap memilih untuk tidak melanjutkan pertandingan, sehingga Kota Palangka Raya lolos ke babak final. (tva)
Discussion about this post