KALAMANTHANA, Muara Teweh – Demonstrasi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Muara Teweh di depan kantor PLN diwarnai emosi. Maklum saja, mahasiswa termasuk yang menderita akibat terjadinya pemadaman bergilir di wilayah Barito Utara, Kalimantan Tengah, tersebut.
Emosi itu tak hanya terlihat dari aksi mereka melempar telur busuk ke kantor PLN, tapi juga lewat pernyataan-pernyataannya. Dalam demo tersebut, mahasiswa membakar ban meski berada di bawah penjagaan ketat aparat kepolisian.
Salah satu pernyataan keras muncul saat Presiden BEM STIE, Saleh Purwanto, berorasi. “Kami selaku pelanggan listrik merasa sangat dirugikan dengan pemadaman listrik bergilir ini. Kami meminta agar PLN Rayon Muara Teweh menghentikan segera pemadaman listrik bergilir di kota Muara Teweh dan sekitarnya,” kata Saleh.
Menurut Presiden BEM STIE Muara Teweh ini, negara harus adil. Selama ini hasil kekayaan bumi Kabupaten Barito Utara seperti batubara habis dikeruk, namun listrik yang normal belum dirasakan masyarakat Muara Teweh Kabupaten Barito Utara.
“Haruskan hasil kekayaan alam di Batara habis dulu baru kami merasakan listrik tanpa bergiliran dan haruskah kami minta tolong kepada Tuhan agar listrik tidak padam nyala-padam nyala? Kami mahasiswa juga terkendala belajar. Karena itu stop pemadaman, kami perlu terang,” kata dia.
Hal senada dikatakan mahasiswa lainnya bernama Arif Mahing dalam aksi demo tersebut bahwa pemadaman listrik bergilir yang terjadi ini sangat merugikan mereka selaku mahasiswa dan juga masyarakat.
Akibat keadaan listrik akhir-akhir ini, banyak barang elektronik masyarakat yang rusak, ikan yang disimpan di dalam kulkas membusuk, sayur-sayur pada layu, banyak usaha kecil yang dijalankan masyarakat merugi dan investasi di Kabupaten Barito Utara melambat.
“Kami di sini menuntut hak kami sebagai konsumen, kami minta kepada pihak PLN agar segera menghentikan pemadaman listrik yang terjadi ini,” tegasnya. (ss)
Discussion about this post