KALAMANTHANA, Pulang Pisau – Di tengah gencarnya gerakan pencegahan demam berdarah dengue (DBD) di wilayah Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, warga dikagetkan meninggalnya Yovanka, anak usia tujuh tahun. Ia diduga terkena virus japanese encephalitis (JE).
Kepala Dinas Kesehatan Pulpis dr Mulyanto saat dibincangi wartawan, Senin (20/1/2020) menjelaskan gejala dari JE memang sama dengan demam berdarah dengue (DBD).
“Hasil pemerikasaan rumah sakit anak tersebut negatif DBD. Ia positif radang otak dan ada mengarah ke virus japanese encephalitis (JE),” ucap Mulyanto.
Ia menjelaskan JE adalah penyakit radang otak disebabkan oleh virus japanese encephalitis termasuk keluarga flavivirus. Manusia bisa tertular virus JE bila tergigit oleh nyamuk culex tritaeniorhynchus yang terinfeksi.
“Tidak bisa sembarangan menyatakan seseorang didiagnosis JE. Selain berdasarkan pemeriksaan fisik atas gejala, juga diperlukan pemeriksaan laboratorium dan tidak bisa dilakukan di laboratorium klinik biasa,” katanya.
Ia menjelaskan sebagian besar penderita JE hanya menunjukkan gejala yang ringan atau bahkan tidak bergejala sama sekali. Gejala dapat muncul 5-15 hari setelah gigitan nyamuk yang terinfeksi virus berupa demam, menggigil, sakit kepala, lemah, mual, dan muntah.
Hingga saat ini, belum ada obat untuk mengatasi infeksi JE. Pengobatan hanya bersifat suportif untuk mengurangi tingkat kematian akibat JE.
“Saat ini kita masih menunggu hasil lab. Jadi belum bisa dipastikan apa sebenarnya penyebabnya. Kita juga saat ini melakukan penangan serius kepada adik korban yang mengalami gejala serupa,” ungkapnya. (app)
Discussion about this post