KALAMANTHANA, Muara Teweh – Desa Haragandang, Kecamatan Lahei, Kabupaten Barito Utara, salah satu desa paling ujung dan terisolir. Warga memohon pemerintah segera membangun jembatan, sehingga jalan yang ada bisa berguna buat kemajuan desa.
Haragandang merupakan desa terakhir di pinggir Sungai Lahei yang berbatasan dengan Desa Intolingo, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur dan Kabupaten Murung Raya. Haragandang masuk ring 1 atau desa terdampak Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Bangkanai. Dari PLMTG ini Kabupaten Barut mendapat dana bagi hasil (DBH) yang sangat besar.
Kepala Desa Haragandang, Herdana, Jumat (7/2/2020), mengungkapkan desa tidak punya dana yang cukup untuk membangun jembatan karena biayanya sangat besar. “Untuk konstruksi kayu saja memerlukan sekitar 300 potong dari bahan kayu pilihan. Lebar sungai sekitar 30 meter,” kata Herdana kepada wartawan.
Menurut dia, akses menuju Haragandang hanya mengandalkan jalur sungai, meski Pemkab Barut melalui Perusda sudah membuka jalan. Adanya jalan tersebut, membuat jarak dari Karendan Gas Processing Fasilities (KGPF) di Desa Karendan menuju Haragandang cuma 10 km.
“Kini jalan sudah ada, tetapi jembatan belum ada. Kami usulkan pemerintah membangun jembatan konstruksi beton, sehingga bertahan lama dan bisa dilewati kendaraan roda empat dan truk,” ujar Herdana.
Warga bernama Rustam mengatakan, selama jalan belum terhubung ke Haragandang, jaringan listrik juga tak bisa tersambung. “Kami mau meningkatkan usaha ekonomi, tetapi listrik jadi kendala,” kata dia.
Bukan itu saja, imbas dari keterisolasian, ASN pun sukar bertugas secara maksimal di Haragandang. Mereka harus melalui perjalanan panjang, melelahkan, dan penuh rintangan untuk sampai ke desa tersebut. (mel)
Discussion about this post