KALAMANTHANA, Teheran – Virus corona mengguncang Iran. Tak tanggung-tanggung, ada tujuh pejabat mereka terindikasi positif terjangkit virus tersebut. Salah satunya, Wakil Presiden Urusan Wanita.
Seorang pejabat senior di pemerintahan Iran, yang duduk hanya berselisih beberapa bangku dari Presiden Hassan Rouhani pada rapat kabinet, dilaporkan sakit akibat virus corona. Dia menjadi pejabat ketujuh Iran yang positif terjangkit corona.
Harian New York Past melaporkan, Masoumeh Ebtekar, Wakil Presiden Iran untuk Urusan Wanita, pejabat wanita dengan karier tertinggi di pemerintahan Iran, dikonfirmasi terinfeksi virus corona. Saat ini, dia dilaporkan menjalani karantina di rumahnya.
Informasi ini muncul hanya sehari setelah rapat kabinet di mana dia memiliki kontak yang dekat dengan pejabat pemerintahan lain, termasuk Presiden Rouhani. Sebuah foto yang diunggah wartawan BBC Persia, menunjukkan dia duduk hanya beberapa meter dari Presiden Rouhani.
Ebtekar, satu di antara empat wakil presiden, di Amerika Serikat lebih dikenal sebagai Mary saat krisis sandera yang terjadi empat dekade lalu. Saat itu, sebagai voluntir muda, dia menjadi juru bicara bagi penyandera 52 warga Amerika yang ditahan di Kedutaan Amerika Serikat di Teheran.
Iran kini disebut-sebut sebagai negara dengan jumlah pejabat terbanyak yang terinfeksi virus corona. Pertama kali, kabar itu mencuat pada 19 Februari lalu, ketika seorang pejabat dinyatakan terinfeksi virus corona.
Virus ini diyakini menyebar dari China. Kedua negara memiliki hubungan ekonomi yang dekat meskipun sedang mendapatkan sanksi dari Amerika.
Selain itu, sebagai daerah perlintasan di wilayah tersebut, Iran juga diperkirakan menjadi sumber utama penyebaran virus corona yang menyebar ke wilayah tetangganya.
Sedikitnya ada 245 warga Iran yang terinfeksi virus corona, dengan 26 orang di antaranya meninggal. Pejabat Kementerian Kesehatan Iran menyebutkan kebanyakan mereka berada di wilayah Qom.
Tapi, pengamat kesehatan memperhitungkan jumlah yang terinfeksi virus corona jauh lebih tinggi lagi. Kemungkinan bisa lebih dari 1.000 orang sebab tingkat fatalitas sekitar 20% terlihat begitu tinggi. Padahal, Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menyatakan tingkat fatalitas itu harusnya sekitar 2 persen.
Discussion about this post