KALAMANTHANA, Buntok – Adiyat Nugraha buka suara soal disebut-sebutnya namanya sebagai anggota DPRD Barito Selatan, Kalimantan Tengah, yang enam kali berturut-turut tidak hadir pada rapat paripurna DPRD.
Adiyat, kepada wartawan, menyampaikan permintaan maaf kepada lembaga DPRD Kabupaten Barito Selatan dan juga kepada unsur pimpinan serta segenap anggota DPRD lainnya.
“Saya sangat menyadari apa yang saya lakukan, walaupun segala kesalahan dari kekhilafan yang saya lakukan, sama sekali tidak pernah saya lakukan dengan didasari niat kesengajaan, apalagi sampai dengan itikad tidak menghargai lembaga yang kita cintai ini,” ucap Adiyat Nugraha kepada KALAMANTHANA, Sabtu (18/7/2020).
Politisi Partai Gerindra Barsel ini menjelaskan beberapa hal pokok yang menjadi bahan pertimbangan bagi dirinya sehingga menyebabkan kekhilafan yang terjadi dan selanjutnya menurut perhitungan Adiyat.
Dia menyebutkan dirinya tidak menghadiri sidang paripurna hanya empat kali berturut turut, bukan enam kali seperti apa yang dinyatakan terhadapnya.
“Pada 14 Maret 2020 saya menjenguk anak dan istri saya yang berdomisili di Jakarta. Seiring dengan itu pada minggu yang sama saya akan mengikuti kunker DPRD Barsel ke Batu, Malang. Namun merebaknya Covid-19 membuat pemkot setempat melakukan lockdown,” sebutnya.
Selanjutnya, ungkap Adiyat, di bulan yang sama DKI juga mengumumkan akan melakukan lockdown. Karena hal itu Adiyat mengkhawatirkan kemungkinan adanya gejolak sosial di masyarakat seperti kepanikan massal di masyarakat di Jakarta, langkanya bahan pokok bahkan bergulirnya isu keamanan yang mungkin saja terjadi.
“Sementara saya sebagai kepala keluarga otomatis bereaksi untuk melindungi dan memenuhi kebutuhan keluarga. Saya putuskan untuk memenuhi segala sesuatunya, baik dari segi kebutuhan pokok juga dari segi keamanan yang kemudian berlanjut dengan ditetapkanya PSBB oleh Pemprov DKI,” ungkap Adiyat Nugraha.
Tak hanya itu, ia juga menyampaikan pada Mei menjelang Idul Fitri dirinya berencana akan berkumpul dengan orang tua di Palangkaraya dan kemudian dilanjutkan ke Buntok. Namun untuk mendapatkan SIKM saat itu bukanlah hal mudah, ditambah lagi sejumlah maskapai penerbangan telah menghentikan pelayanannya, bahkan diterapkannya PSBB yang baru berahir pada 4 Juni lalu.
“Meskipun hal yang saya sampaikan bukanlah suatu pembenaran atas kekhilafan yang telah saya lakukan, setidaknya bisa sebagai bahan pertimbangan. Inilah sisi lemah saya sebagai manusia yang tak lepas dari salah,” ungkap Ketua KONI Barsel ini. (fik)
Discussion about this post