KALAMANTHANA, Muara Teweh – Kepala Dinas PUPR Kalimantan Tengah Shalahuddin menitip pesan, bahwa bentang tengah Jembatan KH Hasan Basri di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara merupakan yang terpendek di antara enam jembatan yang membentang di atas Sungai Barito, sehingga memerlukan perlakuan khusus.
“Jembatan KH Hasan Basri dibangun tahun 1995. Konfigurasi atau bentang tengahnya terpendek dibandingkan jembatan lainnya, hanya 60 meter. Sedangkan dua jembatan di Kalsel dan tiga lainnya di Kalteng memilki bentang tengah lebih dari 100 meter,” ujar Shalahuddin kepada Kalamanthana, Kamis (12/11/2020).
Kadis PUPR Kalteng yang datang ke Muara Teweh terkait rapat koordinasi ((rakor) sinkronisasi antara lalu lintas angkutan jalan dengan lalu lintas angkutan sungai serta meminimalisasi hambatan berlayar disepanjang Sungai Barito dalam wilayah Kabupaten Barito Utara, menyarankan supaya Pemkab Barito Utara mengambil beberapa langkah menyikapi kondisi tersebut.
Apa langkahnya? Menurut mantan Kabid Bina Marga Barito Utara ini, antar lain memperkuat fender, membuat posko terpadu disetiap kabupaten yang memiliki jembatan di atas Sungai Barito, menyiapkan assist, rambu-rambu, dan tenaga SDM andal operator posko.
Selain jenis tongkang mesti menyesuaikan dengan konfigurasi jembatan, hal lain yang mutlak dipenuhi terkait clearance. Artinya ketinggian muka air minimal 15 meter dari lantai jembatan ke permukaan air banjir. Kondisi ini terpenuhi di Jembatan penyeberangan Muara Teweh-Jingah, tidak di Jembatan KH Hasan Basri. “Sebab, jembatan ini dibangun untuk mengatasi keterisolasian wilayah, bukan didesain supaya bisa dilayari tongkang batu bara di bawahnya,” jelas Shalahuddin.
Adapun rencana jangka panjang, Jembatan KH Hasan Basri didesain ulang (redesain), saat usianya 40 tahun pada tahun 2035. Pemkab Barito Utara pernah mengusulkan redeaain pada tahun 2016, tetapi usulan tersebut tak berlanjut, karena umur jembatan yang masih di bawah 40 tahun tak bisa dibiayai lewat APBN. ” Kalau nanti diredesain bentangnya di atas 100 meter, harus melibatkan tim nasional Komisi Keamanan Jembatan (KKJ),” pungkas Shalahuddin.(mel)
Discussion about this post