KALAMANTHANA, Kuala Pembuang – Masyarakat Seruyan, Kalimantan Tengah, khususnya petani tradisional, kesulitan akibat larangan membakar lahan dan hutan. Bupati Sudarsono pun minta agar Gubernur Sugianto Sabran memberikan solusi buat mereka.
“Saya sudah bicara dengan gubernur, namun belum ada solusi tentang larangan membakar lahan ini,” kata Bupati Seruyan Sudarsono di Kuala Pembuang, Rabu (13/7/2016).
Khusus di Seruyan, banyak petani sulit membuka lahan pertanian tanpa membakar. Seperti di Kecamatan Seruyan Tengah, Kecamatan Seruyan Hulu dan Kecamatan Suling Tambun, para petani punya lahan di daerah perbukitan yang pembukaannya dilakukan dengan cara membakar.
Sangat berbeda tipikal lahan daerah rawa, di perbukitan lahannya terdiri dari tanaman kayu keras atau tunggul kayu sehingga tidak mudah untuk dibersihkan. Biaya yang diperlukan untuk membuka lahan sangat mahal.
Setelah sisa kayu dibersihkan, kalau tidak dibakar, maka petani akan kembali menemui kesulitan. Karena selain memerlukan lahan untuk menampung, sisa-sisa kayu kalau dibiarkan begitu saja tidak akan lapuk selama bertahun tahun.
“Sepuluh tahun sisa kayu itu belum tentu lapuk. Jadi memakan tempat. Kalau membuka lahan 100 hektare, 50 hektare lahan hanya digunakan untuk menumpuk sisa kayu saja,” katanya.
Menurut orang nomor satu di Bumi Gawi Hatantiring ini, pemerintah daerah punya kepentingan untuk mendorong produktivitas pertanian serta membantu petani di daerahnya untuk bisa membangun hidup dengan bertani, berladang atau bercocok tanam.
Oleh karena itu, dirinya dalam waktu dekat akan kembali menemui Gubernur Kalteng serta berkoordinasi dengan kepolisian untuk meminta solusi terhadap masalah yang dihadapi petani.
“Apa yang harus dilakukan terhadap para petani ini, agar mereka tetap bisa bertani namun di satu sisi tidak melanggar aturan,” katanya. (ant/rio)
Discussion about this post